Selasa, 29 September 2015

RANGKUMAN JURNAL-KIMIA



KIMIA.STUDENTJOURNAL, Vol. 2, No. 1, pp. 313-319, UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG Received 27 August 2014, Accepted 27 August 2014, Published online 28 August 2014


PENGARUH KONSENTRASI CETYLTRIMETHYLAMMONIUM BENZOAT DAN pH LARUTAN TERHADAP KINERJA ELEKTRODA SELEKTIF ION BENZOAT BERBASIS SCREEN PRINTED CARBON ELECTRODE
Angga Suryantoro, Ani Mulyasuryani (*), Akhmad Sabarudin
Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya
Jl. Veteran Malang 65145
*Alamat korespondensi, Tel : +62-341-575838, Fax : +62-341-575835
Email: mulyasuryani@ub.ac.id


ABSTRAK
Benzoat merupakan bahan pengawet makanan dan minuman yang diperbolehkan pemerintah Indonesia. Tingkat maksimum benzoat dalam makanan dan minuman adalah 600-1000 ppm.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan elektroda ion selektif benzoat (ESI-benzoat), yang berbasis pada Screen printed carbon electrode(SPCE). SPCE dilapisi oleh cetyltrimethylammonium benzoat (CTBz) di dalam kitosan.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa konsentrasi CTABz dan pH berpengaruh terhadap kinerja ESI-benzoat.

Kata kunci : Cetyltrimethylammonium, Elektroda Selektif Ion, kitosan, Screen Printed Carbon Electrode

PENDAHULUAN
Asam bezoat dan garam benzoat adalah zat pengawet yang diperbolehkan berada pada makanan dan minuman dengan jumlah 600 – 1000 ppm
Penggunaan benzoat secara berlebihan dapat menimbulkan dampak negatif yaitu keram perut, menimbulkan kanker, dan merusak sistem syaraf.
Dengan demikian diperlukan metode untuk menentukan kandungan benzoat. Salah satu alat yang dapat dikembangkan untuk mendeteksi benzoat secara selektif adalah elektroda selektif ion (ESI) benzoat.

ESI adalah elektoda indikator yang berbasis membran digunakan untuk menentukan kandungan ion dalam larutan. ESI menggunakan metode pengukuran secara potensiometri dengan menggunakan dua elektroda yaitu elektroda indikator dan elektroda pembanding.

Pada penelitian ini membran yang digunakan adalah kitosan, ionofor CTABz, dan penghantar listrik SPCE. Pada pembuatan ESI kationik, ionofor yang digunakan adalah suatu senyawa ammonium kwartener yang berpasangan dengan ion target. Pada penelitian ini senyawa ammonium kwartenenr yang digunakan adalah CTAB dan kemudian direaksikan dengan benzoat sebagai ion target.
Membran yang digunakan pada ESI harus bersifat menghantarkan arus listrik (conductivity).
Oleh karena itu, pada penelitian ini digunakan kitosan sebagai membran pendukung yang telah diikat silang dengan glurtaraldehid.
SPCE merupakan elektroda yang dikembangkan untuk analisis cepat. Karbon yang digunakan di print pada permukaan polimer sehingga menghasilkan elektroda dua dimensi sehingga diharapkan volume sampel yang digunakan lebih sedikit sehingga tidak menggunakan banyak pereaksi.
Pengukuran potensial sel dilakukan dengan persamaan:

Esel = Eind – Ereff (1)
Eind = k - 0,0592 log [C6H5COO-] (2)

Dengan menggunakan elektroda Ag/AgCl sebagai elektroda pembanding, maka :
Esel = k – 0,0592 log [C6H5COO-] - 0,222 (3)
Esel = K – 0,0592 log [C6H5COO-] (4) 

Metode penelitian
Bahan:
Kitosan, akuades, klorofom (Merck), natrium benzoat (Merck), cetyltrimethylammonium bromide, glutaraldehid 25% p.a (Merck) (v/v), asam asetat glasial , perak nitrat (Merck), natrium hidroksida (Merck) , dan asam klorida 37%.

Peralatan:
Seperangkat destilasi, konektor elektroda (Quasense), neraca analitik (Ohaus Adventurer AR 2130), oven (Memmert), Screen-printed carbon electrode (Quasense), potensiometer (SANWA CD 800A), pH meter (Inolab WTW), motor rotary (Thermo Scientific), dan peralatan gelas.

Prosedur Kerja
Preparasi Pembuatan Membran pada Elektroda
Padatan CTABz ditimbang sebanyak 0,010 g; 0,020 g; 0,030 g; 0,040 g; dan 0,050 g. Kemudian masing – masing ditambahkan 2 mL larutan kitosan dan 0,05 mL larutan gluteraldehid 0,01%, serta diaduk selama 12 jam.

Preparasi Pembuatan ESI benzoat
Screen Printed Carbon Electrodes (SPCE) dilapisi oleh 0,5% (CTABz dalam kitosan), lalu dioven pada suhu sekitar 500C selama 30 menit. Pelapisan tersebut diulang 3 kali. Setelah pelapisan ketiga dioven kembali selama 1 jam dan didiamkan selama 1 hari. Metode ini diulangin kembali untuk 1%; 1,5%; 2%; dan 2,5% (CTABz dalam kitosan).

Pengukuran Potensial Sel
SPCE yang dilapisi oleh ionofor sebagai elektroda indikator dan elektroda terlapisi Ag/AgCl sebagai elektroda pembanding. SPCE dipasangkan pada konektor elektroda, elektroda indikator dihubungan pada kutub positif dan elektroda pembanding dihubungkan pada kutub negatif pada potensiometer. Pengukuran potensial sel dilakukan dengan meneteskan larutan sampel pada kedua elektroda secara bersamaan dan dibaca potensial yang dihasilkan oleh larutan. Larutan sampel yang digunakan pada pengukuran yaitu 1 x 10-1 sampai 1 x 10-10 M


Gambar 1. Rangkain Alat Penelitian dan SPC

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Konsentrasi Ionofor terhadap Kinerja ESI Benzoat
Hasil penelitian menunjukkan penurunan bilangan Nernst pada dengan konsentrasi CTABz 0,5% hingga 1,5%.

Gambar 2. Kurva hubungan bilangan Nernst dengan konsentrasi CTABz dalam kitosan (%,b/v)

Pengaruh pH Terhadap Kinerja ESI Benzoat
Hasil penelitian menunjukan bahwa pH 4 hingga 7, bilangan Nernst mengalami peningkatan. Pada pH 7 hingga 8 yang pada (gambar 3), menunjukkan bahwa bilangan Nernst tidak meningkat secara signifikan dan menurun pada pH 9.

Gambar 3. Kurva hubungan antara bilangan Nersnt dengan pH larutan benzoat




Karakterisasi ESI Benzoat
Karakter suatu ESI didasarkan pada kisaran konsentrasi ion yang dapat diukur, waktu respon, bilangan Nernst dan batas deteksi.
Karakterisasi ESI benzoat dengan ketebalan membran 10 μm menunjukkan bahwa konsentrasi CTABz yang diemban dalam kitosan dan pH yang optimum yaitu 0,5% (b/v) dan pH 8.
Berdasarkan karakterisasi ESI benzoat dapat diketahui bahwa kisaran konsentrasi ESI benzoat dengan ionofor CTABz adalah 1x10-4 sampai 1x10-1 M (12,11 ppm sampai 12.110 ppm).

Faktor yang mempengaruhi bilangan Nernst yaitu ketebalan membran, homogenitas ionofor pada lapisan membran, dan ionofor yang digunakan.

KESIMPULAN
ESI benzoat dapat dibuat dengan menggunakan CTABz (ionofor) yang diembankan dalam kitosan. Kinerja ESI benzoat dipengaruhi oleh konsentrasi CTABz dan pH. Kondisi optimum kinerja ESI dihasilkan pada kosentrasi CTABz 0,5% dan pH 8. Pada kondisi tersebut dihasilkan bilangan Nernst 43,2 mV/dekade pada kisaran kosentrasi a 1x10-4 sampai 1x10-1 M, pada waktu respon selama 60 detik, dan batas deteksi 17, 4,3 ppm.


DAFTAR PUSTAKA
1.    Peraturan mentri kesehatan, 2012, bahan tambahan makanan nomor 33 tahun 2012, republik indonesia.
2.    Badan standarisasi nasional (BSN), 1995, Bahan Tambahan Makanan, Indonesia.
3.    WHO, 2000, Benzoic Acid and Sodium Benzoate, World Health Organization, Geneva.
4.     Standar Nasional Indonesia (SNI), 1992, SNI 01-2894-1992, Indonesia.
5.     Wroblewski, W., 2005, Ion-Selective Electrodes, http://csrg.ch.pw.edu.pl/ tutorial/ ISE, diakses pada tanggal 3 Februari 2014.
6.     Wojciechowski, K. dan K. Linek, 2012, Anion Selectivity at The Aqueous/Polymeric Membrane Interface: A Streaming Current Study of Potentiometric Hofmeister Effect, Electrochimica Acta, 71, 159– 165.
7.    Faridbod, F., M. R. Ganjali, R. Dinarvand dan P. Norouzi, 2008, Developments in The Field of Conducting and Non-conducting Polymer Based Potentiometric Membrane Sensors for Ions Over the Past Decade, Journal of Analytical Sciences, 8, 23-38.
8.     Alva, S., L.Y. Heng dan M. Ahmad, 2006, Screen-Printed Potassium Ion Sensor Fabricated from Photocurable and Self Plasticized Acrylic Film, Journal of Physical Science, 17, 141–150.
9.     Sciencelab, 2005, MSDS Benzoic Acid, http://www.sciencelab.com /msds .php?msdsId= 9927096, diakses pada tanggal 3 Februari 2014.